Siaga Perang! dua negara nuklir bentrok diplomatik, jalur udara ditutup

.

Foto: Petugas keamanan India berpatroli dengan kendaraan lapis baja di dekat Pahalgam di Kashmir selatan setelah penyerang tanpa pandang bulu menembaki wisatawan di Pahalgam, Kashmir yang dikuasai India, Selasa, 22 April 2025. (AP/Dar Yasin)

Situasi antara dua negara bersenjata nuklir di Asia Selatan, India dan Pakistan, kembali memanas. Pemerintah Pakistan menutup wilayah udara bagi maskapai India dan melarang penerbangan dari dan ke negara tetangganya itu. Selain itu, akses perbatasan pun dihentikan, yang turut membatalkan aktivitas perdagangan lintas negara.

Tak hanya itu, Pakistan juga memerintahkan diplomat India untuk segera meninggalkan negaranya dan membatalkan visa warga negara India, kecuali bagi peziarah Sikh yang hendak mengunjungi situs suci.

Langkah ini menjadi respons atas serangkaian kebijakan keras yang diambil India terhadap Pakistan, menyusul serangan mematikan terhadap sekelompok wisatawan di wilayah Kashmir. Pemerintah Pakistan bahkan menuduh India telah memulai bentuk "perang intensitas rendah" terhadap negaranya.

"India sedang berperang dalam skala terbatas dengan kami, dan bila eskalasi terus berlanjut, kami siap menghadapinya. Kami tidak akan tunduk pada tekanan global untuk mempertahankan kedaulatan kami," ujar Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, dalam konferensi pers.

Latar Belakang Ketegangan

Ketegangan ini dipicu oleh insiden penembakan terhadap rombongan wisatawan di kota Pahalgam, Kashmir, yang dikuasai India. Penyerang bersenjata menyerbu dari hutan sekitar dan menyerang kerumunan dengan senapan otomatis. Laporan saksi mata menyebutkan bahwa para penyerang memisahkan pria dari wanita dan anak-anak, kemudian mengeksekusi beberapa orang dari jarak dekat.

Pihak kepolisian India menuduh kelompok militan Lashkar-e-Taiba (LeT) yang berbasis di Pakistan sebagai dalang penyerangan. Organisasi itu telah lama dianggap sebagai kelompok teroris oleh berbagai pihak internasional, termasuk PBB. Dua dari tiga pelaku penembakan yang saat ini buron disebut sebagai warga negara Pakistan.

Sebuah kelompok lain, yang menamakan diri sebagai Front Perlawanan (TRF), mengklaim bertanggung jawab atas aksi tersebut. India menganggap TRF hanyalah kedok lain dari LeT.

Dampak Ekonomi dan Respons India

Insiden tersebut memicu ketegangan baru di wilayah yang telah lama menjadi sumber konflik antara kedua negara. Sektor pariwisata di Kashmir yang baru saja pulih kini kembali terpukul. Banyak hotel dan agen perjalanan melaporkan pembatalan pesanan secara besar-besaran.

Sebagai balasan, India menanggapi dengan berbagai tindakan, termasuk menangguhkan perjanjian pembagian air, menutup jalur darat utama dengan Pakistan, serta memerintahkan warga negara Pakistan non-diplomatik untuk meninggalkan India sebelum tanggal 29 April.

Menuju Aksi Militer?

Kekhawatiran mengenai potensi bentrokan bersenjata kembali muncul. Para analis menilai bahwa respons diplomatik India bisa saja menjadi langkah awal sebelum kemungkinan tindakan militer. Situasi ini mengingatkan pada insiden Pulwama tahun 2019, ketika serangan bunuh diri menewaskan puluhan personel keamanan India dan dibalas dengan serangan udara ke wilayah Pakistan.

Dengan meningkatnya tensi antara dua negara yang memiliki kekuatan militer besar, komunitas internasional kini menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan kembali ke meja dialog guna menghindari konflik terbuka.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama